BALAS BUDI BURUNG BANGAU


IMG_2236

IMG_2236 (Photo credit: aizaZ12)

BALAS BUDI BURUNG BANGAU

Dahulu kala di suatu tempat di Jepang, hidup seorang pemuda bernama Yosaku. Kerjanya mengambil kayu bakar di gunung dan menjual nya ke kota. Uang hasil penjualan dibelikan nya makanan. Terus seperti itu setiap harinya.

Hingga pada suatu hari ketika ia berjalan pulang dari kota ia melihat sesuatu yang menggelepar di atas salju. Setelah didekati nya ternyata seekor burung bangau yang terjerat diperangkap sedang meronta-ronta. Yosaku segera melepaskan perangkap itu.

Bangau itu sangat gembira, ia berputar-putar di atas kepala Yosaku beberapa kali sebelum terbang ke angkasa.

Karena cuaca yang sangat dingin sesampai nya di rumah, Yosaku segera menyalakan tungku api dan menyiapkan makan malam Saat itu terdengar suara ketukan pintu di luar rumah.

Ketika pintu dibuka tampak seorang gadis yang cantik sedang berdiri di depan pintu. Kepalanya dipenuhi dengan salju.

“Masuk lah, nona pasti kedinginan, silahkan hangatkan badan mu dekat tungku,” ujar Yosaku.

“Nona mau pergi kemana sebenarnya ?”, Tanya Yosaku.

“Aku bermaksud mengunjungi teman ku, tetapi karena salju turun dengan lebat, aku jadi tersesat.”

“Bolehkah aku menginap disini malam ini ?”.

“Boleh saja Nona, tapi aku ini orang miskin tak punya kasur dan makanan”, kata Yosaku.

“Tidak apa-apa, aku hanya ingin diperbolehkan menginap.

Kemudian gadis itu merapikan kamarnya dan memasak makanan yang enak.

Ketika terbangun keesokan harinya, gadis itu sudah menyiapkan nasi. Yosaku berpikir bahwa gadis itu akan segera pergi, ia akan merasa kesepian.

Salju masih turun dengan lebat nya.

“Tinggal lah disini sampai salju reda.” kata Yosaku.

Setelah lima hari berlalu salju mereda. Gadis itu berkata kepada Yosaku, “Jadikan aku sebagai istri mu, dan biarkan aku tinggal terus di rumah ini.” Yosaku merasa bahagia menerima permintaan itu.

“Mulai hari ini panggil lah aku Otsuru”, ujar si gadis. Setelah menjadi Istri Yosaku, Otsuru mengerjakan pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh. Suatu hari. Otsuru meminta suaminya, Yosaku, membelikan nya benang karena ia ingin menenun.

Otsuru mulai menenun. Ia berpesan kepada suaminya agar jangan sekali-kali mengintip ke dalam penyekat tempat Otsuru menenun.

Setelah tiga hari berturut-turut menenun tanpa makan dan minum, Otsuru keluar. Kain tenunan nya sudah selesai.

“Ini tenunan ayanishiki. Kalau dibawa ke kota pasti akan terjual dengan harga mahal.

Yosaku sangat senang karena kain tenunan nya dibeli orang dengan harga yang cukup mahal. Sebelum pulang ia membeli bermacam-macam barang untuk dibawa pulang.

“Berkat kamu, aku mendapatkan uang sebanyak ini, terima kasih istri ku. Tetapi sebenarnya para saudagar di kota menginginkan kain seperti itu lebih banyak lagi.

“Baiklah akan aku buatkan”, ujar Otsuru. Kain itu selesai pada hari keempat setelah Otsuru menenun. Tetapi tampak Otsuru tidak sehat dan tubuhnya menjadi kurus. Otsuru meminta suaminya untuk tidak meminta nya menenun lagi.

Di kota Sang Saudagar minta dibuatkan kain satu lagi untuk Kimono tuan Putri. Jika tidak ada maka Yosaku akan dipenggal leher nya. Hal itu diceritakan Yosaku pada istrinya.

“Baiklah akan ku buatkan lagi tetapi hanya satu helai ya”, kata Otsuru.

Karena cemas dengan kondisi istrinya yang makin lemah dan kurus setiap habis menenun, Yosaku berkeinginan melihat ke dalam ruangan tenun.

Tetapi ia sangat terkejut ketika yang dilihat nya di dalam ruang menenun, ternyata seekor bangau sedang mencabuti bulu nya untuk ditenun menjadi kain. Sehingga badan bangau itu hampir gundul kehabisan bulu.

Bangau itu akhirnya sadar dirinya sedang diperhatikan oleh Yosaku, bangau itu pun berubah wujud kembali menjadi Otsuru.

“Akhirnya kau melihatnya juga’, ujar Otsuru.

“Sebenarnya aku adalah seekor bangau yang dahulu pernah Kau tolong”, untuk membalas budi aku berubah wujud menjadi manusia dan melakukan hal ini,” ujar Otsuru.

“Berarti sudah saatnya aku berpisah denganmu”, lanjut Otsuru.

“Maafkan aku, ku mohon jangan pergi,” kata Yosaku.

Otsuru akhirnya berubah kembali menjadi seekor bangau. Kemudian ia segera mengepakkan sayapnya terbang keluar dari rumah ke angkasa.

Tinggal lah Yosaku sendiri yang menyesali perbuatannya.

*****

BUAYA YANG TIDAK JUJUR


Crocodile Northern Territory

Crocodile Northern Territory (Photo credit: neeravbhatt)

BUAYA YANG TIDAK JUJUR

Ada sebuah sungai di pinggir hutan. Di sungai itu hidup lah sekelompok buaya. Buaya itu ada yang berwarna putih, hitam dan belang-belang. Meskipun warna kulit mereka berbeda, mereka selalu hidup rukun.

Di antara buaya-buaya itu ada seekor buaya yang badannya paling besar. Ia menjadi raja bagi kelompok buaya tersebut. Raja buaya memerintah dengan adil dan bijaksana sehingga dicintai rakyat nya.

Suatu ketika terjadi musim kemarau yang amat panjang. Rumput-rumput di tepi hutan mulai menguning. Sungai- sungai mulai surut airnya. Binatang-binatang pemakan rumput banyak yang mati.

Begitu juga dengan buaya-buaya. Mereka sulit mencari daging segar. Kelaparan mulai menimpa keluarga buaya. Satu per satu buaya itu mati.

Setiap hari ada saja buaya yang menghadap raja. Mereka melaporkan bencana yang dialami warga buaya. Ketika menerima laporan tersebut hati raja buaya merasa sedih.

Untung Raja Buaya masih memiliki beberapa ekor rusa dan sapi. Ia ingin membagi-bagikan daging itu kepada rakyat nya.

Raja Buaya kemudian memanggil Buaya Putih. Dan Buaya Hitam. Raja Buaya lalu berkata,

;Aku tugaskan kepada kalian berdua untuk membagi- bagikan daging. Setiap pagi kalian mengambil daging di tempat ini. Bagikan daging itu kepada teman-teman mu!”

“Hamba siap melaksanakan perintah Paduka Raja,” jawab Buaya Hitam dan putih serempak.

“Mulai hari ini kerjakan tugas itu!,” perintah Raja Buaya lagi.

Kedua Buaya itu segera memohon diri. Mereka segera mengambil daging yang telah disediakan. Tidak lama kemudian mereka pergi membagi-bagikan daging itu.

Buaya Putih membagikan makanan secara adil. Tidak ada satu buaya pun yang tidak mendapat bagian. Berbeda dengan Buaya Hitam, daging yang seharusnya dibagi-bagikan, justru dimakan nya sendiri. Badan Buaya Hitam itu semakin gemuk.

Selesai membagi-bagikan daging. Buaya Putih dan Buaya Hitam kembali menghadap raja.

“Hamba telah melaksanakan tugas dengan baik, Paduka,” lapor Buaya Putih.

“Bagus! Bagus! Kalian telah menjalankan tugas dengan baik,” puji Raja.

Suatu hari setelah membagikan makanan. Buaya Putih mampir ke tempat Buaya Hitam. la terkejut karena di sana-sini banyak bangkai buaya.

Sementara tidak jauh dari tempat itu Buaya Hitam tampak sedang asyik menikmati makanan. Buaya Putih lalu mendekati Buaya Hitam.

“Kamu makan jatah makanan teman-teman ya?, kamu biarkan mereka kelaparan!” ujar Buaya Putih.

“Jangan menuduh seenaknya!” tangkis Buaya Hitam.

“Tapi, lihatlah apa yang ada di depan mu itu!” sahut Buaya Putih sambil menunjuk seekor buaya yang mati tergeletak.

“Itu urusan ku engkau jangan ikut campur! Aku memang telah memakan jatah mereka engkau mau apa?” tantang Buaya Hitam.

“Kurang ajar!” ujar Buaya Putih sambil menyerang Buaya Hitam. Perkelahian pun tidak dapat dielakkan. Kedua buaya itu bertarung seru. Karena kekenyangan. Buaya hitam gerak nya lamban. Akhirnya, Buaya Hitam dapat dikalahkan.

Buaya Hitam lalu dibawa ke hadapan Raja. Beberapa buaya ikut mengiringi perjalanan mereka. Di hadapan Sang Raja.

Buaya Putih segera melaporkan kelakuan Buaya Hitam. Setelah mendengarkan saksi-saksi, Buaya Hitam lalu mendapat hukuman mati karena kecurangan nya itu.

“Buaya Putih, engkau telah berlaku jujur, adil, serta patuh. Maka kelak setelah aku tiada, engkau lah yang berhak menjadi raja menggantikan ku,’’ demikian titah Sang Raja kepada Buaya Putih.

 

*****

AINI DAN BURUNG KECIL


Bird - Junco

Bird – Junco (Photo credit: blmiers2)

AINI DAN BURUNG KECIL

Aini berulang tahun. Ia gadis kecil yang manis. Hari ulang tahunnya dirayakan dengan pesta kecil yang meriah.

Halaman belakang rumahnya dihiasi banyak balon, pita, dan bunga-bunga. Hiasan itu pemberian dari Bibi Anya, adik ibunya.

Taman kecil di belakang rumah itu jadi indah sekali.

Pesta ulang tahun itu diisi doa. Mereka berdoa agar Aini selalu diberi kebahagiaan. Lalu nyanyian selamat ulang tahun yang ramai. Barulah acara makan yang menyenangkan. Ulang tahun yang melelahkan. Tapi menyenangkan.

Aini menerima banyak kado. Bungkus dan pita-pita nya sangat indah. Setelah pesta selesai. Aini membuka kado-kado itu, satu persatu. Hadiah nya macam-macam. Ada banyak buku cerita, pensil warna, sepatu, boneka, topi, dan banyak lagi. Aini senang sekali.

Namun masih ada satu kado yang belum dibuka nya. Apa itu? Kado itu cukup besar, dibungkus kain biru nan indah. Aini tak sabar membukanya. Hop! Aaah… sebuah sangkar keperakan. Di dalamnya ada seekor burung yang cantik. Bulu burung itu berwarna merah, kuning, dan hijau. Aini kaget melihatnya. Namun kemudian ia merasa senang, karena burung itu sangat cantik.

“Kau ku namai Mungil,” kata Aini pada burung itu.

Aini merasa, itulah hadiah ulang tahun yang paling indah. Ia kemudian menaruh Mungil dan sangkar nya di meja taman. Halaman belakang yang ditumbuhi bunga dan pohon tinggi.

‘‘Oh, Mungil. Menyanyi lah,” pinta Aini. Setiap ia menengok burung kecil itu. Namun burung itu tak mau menyanyi.

“Oh, burung yang lucu, menyanyi lah,’’ pinta Aini lagi. Mungil masih saja diam. Ia seperti sedang bersedih.

“Mungil sayang, apakah engkau bersedih?” tanya Aini.

Burung itu mengangguk.

“Apakah engkau ingin keluar dari sangkar mu?” tanya gadis kecil itu.

Burung itu mengangguk lagi.

“Baiklah, kau akan ku lepaskan,” kata Aini. Ia membuka pintu sangkar.

Brrrr… Mungil pun terbang. Kepak sayapnya sangat indah.

“Selamat jalan, Pelangi ku,” kata Aini.

Ia sedih karena kehilangan burung kesayangan nya. Ia pun mulai kelihatan murung. Pengasuh nya jadi sedih melihat Aini seperti itu.

“Pakailah topi ini. Kau akan kelihatan seperti seorang putri,” katanya. Ia memperlihatkan sebuah topi lebar hadiah ulang tahun dari ayahnya. Aini menggeleng.

“Aku kangen pada Mungil,” katanya.

“Oh, itu kah nama burung itu?” tanya pengasuh. Aini mengangguk.

“Apakah engkau melepaskan Mungil?” sang pengasuh bertanya lagi.

“Ya, karena aku tak ingin Mungil bersedih. Ia tak mau tinggal dalam sangkar.”

“Kalau begitu jangan sedih, Aini. Mungil pasti sedang bergembira. Ia terbang sekarang. Ia senang melihat pemandangan dari angkasa. Kau tahu, Aini sayang. Burung sangat suka terbang,” katanya.

“Benarkah ia bahagia?” tanya Aini.

“Aku yakin, Aini. Suatu hari, Mungil akan datang. Ia akan berterima kasih padamu. Karena engkau melepaskan nya,” kata pengasuh nya.

Pengasuh Aini benar. Esok harinya, Mungil datang menjumpai Putri. Burung itu berdiri di atas cabang pohon. Sayapnya dikepakkan. Lalu Mungil bernyanyi, ‘Trilili tralala… trilili tralala.

Aini terkejut. Namun ia senang sekali. Ia senang melihat burung itu hinggap di cabang pohon.

“Burung kecil ku, kau kembali!” seru nya.

Semenjak itu Mungil datang setiap pagi. Aini pun selalu menyambut nya dengan gembira. Mungil selalu berkicau dengan indah.

Akhirnya Aini dan Mungil sama-sama bahagia.

*****

Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu. (QS. al-Mulk, 67:19)
Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman. (QS. an-Nahl, 16:79)

BENDE WASIAT


BENDE WASIAT

Harimau sedang asyik bercermin di sungai sambil membasuh muka nya.

“Hmm, gagah juga aku ini, tubuh ku kuat berotot dan warna loreng ku sangat indah,” kata harimau dalam hati. Kesombongan harimau membuatnya suka memerintah dan berbuat semena-mena pada binatang Iain yang lebih kecil dan lemah. Si kancil akhirnya tidak tahan lagi.

“Benar-benar keterlaluan si harimau!” kata Kancil menahan marah.

“Dia mesti diberi pelajaran! Biar kapok! Sambil berpikir, ditengah jalan kancil bertemu dengan kelinci. Mereka berbincang-bincang tentang tingkah laku harimau dan mencoba mencari ide bagaimana cara membuat si harimau kapok.

Setelah lama terdiam.

“Hmm, aku ada ide,” kata si kancil tiba-tiba.

‘Tapi kau harus menolong ku.” lanjut si kancil.

“Begini, kau bilang pada harimau kalau aku telah menghajar mu karena telah mengganggu ku dan katakan juga pada si harimau bahwa aku akan menghajar siapa saja yang berani mengganggu ku, termasuk harimau, karena aku sedang menjalankan tugas penting,” kata kancil pada kelinci.

Tugas penting apa, Cil?” tanya kelinci heran.

“ Sudah, bilang saja begitu, kalau si harimau nanti mencari ku, antarkan ia ke bawah pohon besar di ujung jalan itu. Aku akan menunggu Harimau disana.”

“Tapi aku takut Cil, benar nih rencana mu akan berhasil?”, kata kelinci.

“Percayalah padaku, kalau gagal jangan sebut aku si kancil yang cerdik”.

“Iya, iya. Aku percaya, tapi kamu jangan sombong, nanti malah kamu jadi lebih sombong dari si harimau lagi.”

Si kelinci pun berjalan menemui harimau yang sedang bermalas-malasan. Si kelinci agak gugup menceritakan yang terjadi padanya. Setelah mendengar cerita kelinci, harimau menjadi geram mendengarnya.

“Apa ? Kancil mau menghajar ku? Grr, berani sekali dia!!!, kata harimau. Seperti yang diharapkan, harimau minta diantarkan ke tempat kancil berada.

“Itu dia si Kancil!” kata Kelinci sambil menunjuk ke arah sebatang pohon besar di ujung jalan.

“Kita hampir sampai, harimau. Aku takut, nanti jangan bilang si kancil kalau aku yang cerita padamu, nanti aku dihajar lagi,” kata kelinci. Si kelinci langsung berlari masuk dalam semak-semak.

“Hai kancil!!! Ku dengar kau mau menghajar ku ya?” Tanya harimau sambil marah.

“Jangan bicara keras-keras, aku sedang mendapat tugas penting”.

“Tugas penting apa?”. Lalu Kancil menunjuk benda besar berbentuk bulat, yang tergantung pada dahan pohon di atasnya.

“Aku harus menjaga bende wasiat itu.” Bende wasiat apa sih itu?” Tanya harimau heran.

“Bende adalah semacam gong yang berukuran kecil, tapi bende ini bukan sembarang bende, kalau dipukul suara nya merdu sekali, tidak bisa terlukis dengan kata-kata. Harimau jadi penasaran.

“Aku boleh tidak memukul nya?, siapa tahu kepala ku yang lagi pusing ini akan hilang setelah mendengar suara merdu dari bende itu.”

“Jangan, jangan,” kata Kancil. Harimau terus membujuk si Kancil. Setelah agak lama berdebat, …

“Baiklah. tapi aku pergi dulu, jangan salahkan aku kalau terjadi apa-apa ya?”, kata si kancil.

Setelah Kancil pergi, Harimau segera memanjat pohon dan memukul bende itu. Tapi yang terjadi…. Ternyata bende itu adalah sarang lebah! Nguuuung… nguuuung… nguuuung,  sekelompok lebah yang marah keluar dari sarang nya karena merasa diganggu. Lebah-lebah itu mengejar dan menyengat si harimau.

“Tolong! Tolong!” teriak harimau kesakitan sambil berlari. Ia terus berlari menuju ke sebuah sungai. Byuur! Harimau langsung melompat masuk ke dalam sungai. Ia akhirnya selamat dari serangan lebah.

“Grr, awas kau Kancil!” teriak Harimau menahan marah.

“Aku dibohongi lagi. Tapi pusing ku kok menjadi hilang ya?”. Walaupun tidak mendengar suara merdu bende wasiat, harimau tidak terlalu kecewa, sebab kepalanya tidak pusing lagi.

 *****

AJI SAKA


hey!

hey! (Photo credit: nomilknocry)

AJI SAKA

Dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Medang Kamulan yang diperintah oleh raja bernama Prabu Dewata Cengkar yang buas dan suka makan manusia. Setiap hari sang raja memakan seorang manusia yang dibawa oleh Patih Jugul Muda. Sebagian kecil dari rakyat yang resah dan ketakutan mengungsi secara diam-diam ke daerah lain.

Di dusun Medang Kawit ada seorang pemuda bernama Aji Saka yang sakti, rajin dan baik hati. Suatu hari, Aji Saka berhasil menolong seorang bapak tua yang sedang dipukuli oleh dua orang penyamun. Bapak tua yang akhirnya diangkat ayah oleh Aji Saka itu ternyata pengungsi dari Medang Kamulan. Mendengar cerita tentang kebuasan Prabu Dewata Cengkar. Aji Saka berniat menolong rakyat Medang Kamulan. Dengan mengenakan serban di kepala Aji Saka berangkat ke Medang Kamulan.

Perjalanan menuju Medang Kamulan tidaklah mulus. Aji Saka sempat bertempur selama tujuh hari tujuh malam dengan setan penunggu hutan, karena Aji Saka menolak dijadikan budak oleh setan penunggu selama sepuluh tahun sebelum diperbolehkan melewati hutan itu.

Tapi berkat kesaktian nya. Aji Saka berhasil mengelak dari semburan api si setan. Sesaat setelah Aji Saka berdoa, seberkas sinar kuning menyorot dari langit menghantam setan penghuni hutan sekaligus melenyapkan nya.

Aji Saka tiba di Medang Kamulan yang sepi. Di istana, Prabu Dewata Cengkar sedang murka karena Patih Jugul Muda tidak membawa korban untuk sang Prabu.

Dengan berani, Aji Saka menghadap Prabu Dewata Cengkar dan menyerahkan diri untuk disantap oleh sang Prabu dengan imbalan tanah seluas serban yang digunakannya.

Saat mereka sedang mengukur tanah sesuai permintaan Aji Saka, serban terus memanjang sehingga luasnya melebihi luas kerajaan Prabu Dewata Cengkar. Prabu marah setelah mengetahui niat Aji Saka sesungguhnya adalah untuk mengakhiri kelaliman nya.

Ketika Prabu Dewata Cengkar sedang marah, serban Aji Saka melilit kuat di tubuh sang Prabu. Tubuh Prabu Dewata Cengkar dilempar Aji Saka dan jatuh ke laut selatan kemudian hilang ditelan ombak.

Aji Saka kemudian dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan. Ia memboyong ayahnya ke istana. Berkat pemerintahan yang adil dan bijaksana. Aji Saka menghantarkan Kerajaan Medang Kamulan ke jaman keemasan, jaman dimana rakyat hidup tenang. damai. makmur dan sejahtera.

*****

BATU SANG RAJA


BATU SANG RAJA

Pada zaman dahulu kala, ada seorang Raja di negeri Antah Berantah bersifat sangat baik hati. Rakyat sangat menyenangi Raja, tetapi Raja juga mengetahui rakyat nya ada yang baik ada pula yang jahat. Raja menyadari di bumi ini selalu ada yang bersifat berbeda. Namun Raja menginginkan agar rakyat nya mempunyai hati nurani untuk saling sayang menyayangi sesamanya. Raja ingin sekali mengetahui siapa sebenarnya yang mempunyai hati mulia. Setiap hari Raja selalu dikelilingi oleh orang-orang yang bermuka manis. tetapi belum tentu hatinya baik.

Raja kemudian pergi ke jalan yang menuju ke istana dan meletakkan batu besar di tengah jalan. Raja menyingkir ke pinggir jalan dan mengintai dari balik pepohonan yang rimbun.

Tak lama tampak serombongan pedagang kaya raya, mereka acuh berjalan melingkari batu tanpa berkata apapun menuju pintu masuk istana.

Kemudian datang lagi banyak orang dengan berbagai macam pekerjaannya. Sebagian besar mereka memaki-maki batu tersebut, bahkan memarahi Raja karena tidak membersihkan jalan menuju istana. Namun tidak satu pun dari mereka yang ingin mengangkat batu tersebut.

Tak lama kemudian datang tukang sayur istana. Beliau berhenti untuk meletakkan keranjang sayuran di tepi jalan. Raja memperhatikan tukang sayur tersebut dengan seksama.

“ Apa yang akan dilakukannya?”, kata Raja dalam hati. Ternyata tukang sayur dengan sekuat tenaga mencoba mendorong batu ke tepi jalanan. Juga tidak ada seorangpun yang mau membantu nya. Mereka berjalan sambil melengos kepada tukang sayur.

“Kasihan” , kata Raja.

Tukang sayur tampak kelelahan dan badannya penuh dengan peluh keringat nya. Setelah berhenti sebentar, tukang sayur tergesa-gesa menuju istana untuk mengantarkan sayur- sayuran.

Raja tersenyum, kemudian pergi ke istana menemui orang-orang yang akan bertemu dengannya. Dengan suara yang berwibawa, Raja memanggil tukang sayur dan diceritakan betapa luhur nya budi tukang sayur ini dibanding dengan pedagang kaya yang hadir di sini.

Raja memberikan hadiah yang sangat tak diduga oleh tukang sayur tersebut. Satu kantung berisikan uang dan emas.

Raja mengingatkan agar dijadikan modal untuk membuka toko, supaya tukang sayur tidak perlu lagi memikul dagangan nya.

Orang-orang lain terdiam dan malu kepada dirinya sendiri, karena tidak mempunyai rasa kebaikan hanya untuk menolong mengangkat batu di jalan menuju istana. Padahal Raja selalu menolong mereka agar mereka dapat berdagang dengan sukses.

 *****

SEBUTIR KORMA PENJEGAL DO’A


SEBUTIR KORMA PENJEGAL DO’A

Date palm with fruits at the Abdul Aziz Date F...

Date palm with fruits at the Abdul Aziz Date Farm in Medina. (Photo credit: Wikipedia)

Usai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke mesjidil Aqsa. Untuk bekal di perjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua di dekat mesjidil Haram.

 

Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma tergeletak didekat timbangan. Menyangka kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan memakannya. Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsa.

 

4 Bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al Aqsa. Seperti biasa, ia suka memilih sebuah tempat beribadah pada sebuah ruangan dibawah kubah Sakhra. Ia shalat dan berdoa khusuk sekali.

 

Tiba tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya.

 

“Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara yang doanya selalu dikabulkan ALLAH SWT,” kata malaikat yang satu.

 

“Tetapi sekarang tidak lagi. doanya ditolak karena 4 bulan yg lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat mesjidil haram,” jawab malaikat yang satu lagi.

 

Ibrahim bin adham terkejut sekali, ia terhenyak, jadi selama 4 bulan ini ibadahnya, shalatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh ALLAH SWT gara- gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya. “Astaghfirullahal adzhim” ibrahim beristighfar.

 

Ia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Mekkah menemui pedagang tua penjual kurma. Untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya.

 

Begitu sampai di Mekkah ia langsung menuju tempat penjual kurma itu, tetapi ia tidak menemukan pedagang tua itu melainkan seorang anak muda. “4 bulan yang lalu saya membeli kurma disini dari seorang pedagang tua. kemana ia sekarang ?” tanya ibrahim.

 

“Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang kurma” jawab anak muda itu.

 

“Innalillahi wa innailaihi roji’un, kalau begitu kepada siapa saya meminta penghalalan ?”. Lantas ibrahim menceritakan peristiwa yg dialaminya, anak muda itu mendengarkan penuh minat. “Nah, begitulah” kata ibrahim setelah bercerita, “Engkau sebagai ahli waris orangtua itu, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur ku makan tanpa izinnya?”.

 

“Bagi saya tidak masalah. Insya ALLAH saya halalkan. Tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani mengatas nama kan mereka karena mereka mempunyai hak waris sama dengan saya.”

 

“Dimana alamat saudara-saudaramu ? biar saya temui mereka satu persatu.”

 

Setelah menerima alamat, ibrahim bin adham pergi menemui. Biar berjauhan, akhirnya selesai juga. Semua setuju menghalakan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh ibrahim.

 

4 bulan kemudian, Ibrahim bin adham sudah berada dibawah kubah Sakhra. Tiba tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap cakap. “Itulah ibrahim bin adham yang doanya tertolak gara gara makan sebutir kurma milik orang lain.”

 

“O, tidak.., sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain. Sekarang ia sudah bebas.”

 

“Oleh sebab itu berhati-hatilah dgn makanan yg masuk ke tubuh kita, sudah halal-kah? lebih baik tinggalkan bila ragu-ragu…

 

******

 

ASAL USUL DANAU TOBA


Di sebuah desa di wilayah Sumatera. hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertanian nya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah. petani itu memancing ikan di sungai.

“Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar,” gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kail nya dilemparkan, kail nya terlihat bergoyang- goyang. Ia segera menarik kail nya. Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.

Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan.

‘Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemani mu jika kau tidak jadi memakan ku.” Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutan nya, ikan yang ditangkap nya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita.

“Bermimpi kah aku?,’ gumam petani.

Lake Toba - Danau Toba

Lake Toba – Danau Toba (Photo credit: Wikipedia)

“Jangan takut pak. aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkan ku dari kutukan Dewata/’ kata gadis itu.

“Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istri mu,” kata gadis itu seolah mendesak. Petani itu pun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.

Setelah sampai di desa nya, gempar lah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut.

“Dia mungkin bidadari yang turun dari langit,” gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik. ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladang nya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletan nya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani.

“Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! “kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung. bahkan semakin rajin bekerja.

Setahun kemudian. kebahagiaan Petani dan istri bertambah. karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki- laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakan nya sendiri.

Lama kelamaan. Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua. ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka.

“Ya. aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!” kata Petani kepada istrinya.

“Syukurilah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik,” puji Puteri kepada suaminya.

Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihat nya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya.

“Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !,” umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.

Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyembur lah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.

Moral : Jadilah seorang yang sabar dan bisa mengendalikan emosi. Dan juga, jangan melanggar janji yang telah kita buat atau ucapkan.

 

*****

ASAL MULA GUNUNG BATU BANAMA


ASAL MULA GUNUNG BATU BANAMA

(Legenda Rakyat Kalimantan Selatan)

Konon pada jaman dahulu kala, di Desa Pagat, Kalimantan Selatan, hidup lah seorang janda tua bernama Diang Ingsung dengan seorang anaknya yang bernama Raden Penganten. Kehidupan mereka berdua diliputi dengan rasa kasih sayang, karena keluarga itu hanya terdiri dari dua orang sehingga tidak ada anggota keluarga lain tempat membagi kecintaan nya.

Kehidupan mereka sangat sederhana. Mereka hanya hidup dari alam sekitarnya, tanaman hanya terbatas pada halaman rumahnya, demikian pula perburuan nya terbatas pada binatang-binatang yang ada di sekitar desa mereka.

Karena itulah maka pada suatu hari Raden Penganten berminat untuk pergi merantau, mencari pengalaman dan kehidupan baru di negeri orang. Demikian keras kehendak Raden Penganten, sehingga walaupun ia dihalang-halangi dan dilarang ibunya, ia tetap juga pada kemauan nya.

Akhirnya, si ibu hanya tinggal berpesan kepada anak satu-satunya yang ia kasihi, agar anaknya membelikan sekedar oleh-oleh apabila anaknya kembali dari perantauan. Maka, berangkat lah Raden Penganten ke sebuah negeri yang jauh dari desa nya. Di sana ia dapat memperoleh rezeki yang banyak, karena selalu jujur dalam setiap perbuatannya. Di sana ia dapat pula menabung kan uang nya hingga dapat membeli barang-barang yang berharga untuk dapat dibawa kembali kelak. Di perantauan, Raden Penganten dapat pula menikah dengan seorang putri dari negeri tersebut yang cantik paras muka nya.

Demikianlah maka Raden Penganten dapat tinggal di perantauan nya, untuk beberapa tahun lamanya. Pada suatu ketika timbul lah niat Raden Penganten untuk kembali ke negeri nya dan menjumpai ibunya yang telah lama ia tinggalkan.

Dibeli nya sebuah kapal, lalu dipenuhi dengan barang- barang. Pada saat yang telah ditentukan, berangkat lah ia bersama istrinya menuju kampung halaman di mana ibunya tinggal Berita kedatangannya itu terdengar pula oleh ibunya. Ibunya yang sekarang telah tua, dengan sangat tergesa-gesa datang ke pelabuhan untuk menjemput anaknya yang tercinta.

Namun ketika sampai di pelabuhan, betapa kecewa nya hati Diang Ingsung, jangankan mendapat oleh-oleh yang dipesan nya dulu, mengakui dirinya sebagai ibu yang telah melahirkan nya pun, Raden Penganten tidak mau. Rupanya, di depan istrinya yang cantik jelita, ia merasa malu mengakui Diang Ingsung yang telah tua renta dan berpenampilan sangat bersahaja itu sebagai ibunya.

Betapa besar rasa kecewa dan sakit hati Diang Ingsung. Tapi ia masih berusaha menginsafkan anaknya yang durhaka itu, tapi Raden Penganten tetap membantah dan tetap tidak mau mengakui ibunya itu. Ia malahan membelokkan kapal nya mengarah ke tujuan lain meninggalkan pelabuhan dan Diang Ingsung yang hancur hatinya karena perbuatan anaknya yang durhaka.

Dengan hati yang penuh diliputi rasa kecewa dan putus asa. Diang Ingsung lalu memohon kepada yang Maha Kuasa agar anaknya mendapat balasan yang setimpal dengan kedurhakaan terhadap dirinya.

Seketika itu juga datanglah badai dan topan menghempaskan kapal Raden Penganten hingga pecah menjadi dua. Tentu saja seluruh isi kapal itu termasuk anaknya yang durhaka tenggelam dan binasa. Adapun bekas pecahan kapal itu kemudian berubah menjadi gunung batu yang kemudian dinamakan Gunung Batu Banama.

 

Pesan Moral : Perbuatan durhaka terhadap orang tua sangat dimurkai oleh Tuhan. Seorang anak seharusnya berbakti, mengasihi dan menyayangi orangtua yang telah melahirkan mengasuh dan membesarkan nya.

 

*****

ASAL MULA GUNTUR


ASAL MULA GUNTUR

Dahulu kala peri dan manusia hidup berdampingan dengan rukun. Mekhala, si peri cantik dan pandai, berguru pada Shie, seorang pertapa sakti. Selain Mekhala, Guru Shie juga mempunyai murid laki-laki bernama Ramasaur. Murid laki-laki ini selalu iri pada Mekhala karena kalah pandai. Namun Guru Shie tetap menyayangi kedua murid nya. Dan tidak pernah membedakan mereka.

Suatu hari Guru Shie memanggil mereka dan berkata,

“Besok, berikan padaku secawan penuh air embun. Siapa yang lebih cepat mendapatkannya, beruntung lah dia. Embun itu akan ku ubah menjadi permata, yang bisa mengabulkan permintaan apapun.”

Mekhala dan Ramasaur tertegun. Terbayang oleh Ramasaur ia akan meminta harta dan kemewahan. Sehingga ia bisa menjadi orang terkaya di negeri nya. Namun Mekhala malah berpikir keras. Mendapatkan secawan air embun tentu tidak mudah, gumam Mekhala di dalam hati.

Esoknya pagi-pagi sekali kedua murid itu telah berada di hutan. Ramasaur dengan ceroboh mencabuti rumput dan tanaman kecil lainnya. Tetapi hasilnya sangat mengecewakan. Air embun selalu tumpah sebelum dituang ke cawan.

Sebaliknya. Mekhala dengan hati-hati menyerap embun dengan sehelai kain lunak. Perlahan diperas nya lalu dimasukan ke cawan. Hasilnya sangat menggembirakan. Tak lama kemudian cawan nya telah penuh. Mekhala segera menemui Guru Shie dan memberikan hasil pekerjaannya.

Gum Shie menerimanya dengan gembira. Mekhala memang murid yang cerdik. Seperti janjinya. Guru Shie mengubah embun itu menjadi sebuah permata sebesar ibu jari.

“ Jika kau menginginkan sesuatu. Angkat lah permata ini sejajar dengan kening mu. Lalu ucapkan keinginan mu,” ujar Guru Shie.

Mekhala mengerjakan apa yang diajarkan guru nya, lalu menyebut keinginan nya. Dalam sekejap Mekhala telah berada di langit biru. Melayang-layang seperti Rajawali. Indah sekali.

Sementara itu, baru pada senja hari Ramasaur berhasil mendapat secawan embun. Hasilnya pun tidak sejernih yang didapat Mekhala. Tergopoh-gopoh Ramasaur menyerahkan nya pada Guru Shie.

“Meskipun kalah cepat dari Mekhala, kau akan tetap mendapat hadiah atas jerih payah mu,” kata Guru Shie sambil menyerahkan sebuah kapak sakti.

Kapak itu terbuat dari perak. Digunakan untuk membela diri bila dalam bahaya. Bila kapak itu dilemparkan ke sasaran, gunung pun bisa hancur.

Ternyata Ramasaur menyalahgunakan hadiah itu. Ia iri melihat Mekhala yang bisa melayang-layang di angkasa.

Ramasaur segera melemparkan kapak itu ke arah Mekhala. Tahu ada bahaya mengancam. Mekhala menangkis kapak itu dengan permata nya. Akibatnya terjadilah benturan dahsyat dan cahaya yang sangat menyilaukan. Benturan itu terus terjadi hingga saat ini, berupa gelegar yang memekakkan telinga. Orang-orang menyebut nya” guntur”.